Selasa, 26 Agustus 2025

Film Esok Tanpa Ibu Berkompetisi di Busan Film Festival 2025,Dibintangi Dian Sastrowardoyo, Ringgo Agus Rahman, dan Ali FikryFilm Esok Tanpa Ibu memiliki judul internasional Mothernet

Jakarta, 26 Agustus 2025—Film Indonesia berjudul Esok Tanpa Ibu, yang
memiliki judul internasional Mothernet, persembahan BASE Entertainment dan
Beacon Film terpilih untuk berkompetisi di Busan International Film Festival (BIFF)
2025. 

Film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo, Ringgo Agus Rahman, dan Ali Fikry
tersebut akan berkompetisi di program Vision.

Program Vision di BIFF memperkenalkan karya-karya baru dari sinema independen
Korea dan Asia sambil menemukan dan mendukung sutradara-sutradara berbakat.
Sebelumnya, program ini merupakan bagian dari ‘Korean Cinema Today – Vision’,
yang memainkan peran penting dalam mempromosikan film-film independen Korea,
bagian ini kini telah ditetapkan sebagai program independen.
Sebanyak 23 judul film telah terpilih di program Vision BIFF. Dengan rincian 12
film berada di dalam program Vision Korea dan 11 film terpilih ke dalam program
Vision Asia. 

Esok Tanpa Ibu (Mothernet) terpilih dalam program Vision Asia.
Dengan perluasan program ini, penghargaan juga akan diperluas untuk memberikan
dukungan yang lebih kuat bagi sutradara dari Korea dan seluruh Asia.

Busan International Film Festival merupakan festival film terbesar di Asia yang
selama ini telah menjadi platform bagi para sineas Asia dan dunia untuk
menunjukkan karya-karya inovatif dan segar. Tahun ini, menjadi edisi spesial karena
menandai 30 tahun festival tersebut berlangsung.

Film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mengikuti kisah Rama (Ali Fikry), remaja keras
kepala yang merasa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa memahaminya.
Satu-satunya orang yang ia percaya adalah ibunya, pendukung terbesarnya di
masa-masa remaja yang penuh turbulensi. Namun ketika tragedi terjadi dan ia
kehilangan ibunya, Rama harus berusaha menjalani hidup seorang diri.

Tepat ketika ia merasa benar-benar sendirian, bantuan datang secara tak terduga:
I-BU, sebuah program AI ciptaan temannya, yang dirancang untuk menghadirkan
sosok penuh kasih layaknya ibunya. 

Di tengah kesulitannya menghadapi ayahnya
yang keras, Rama harus belajar apa arti berduka dan melepaskan.

Film ini disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding, yang memenangkan
Platform Prize di Toronto International Film Festival 2018 melalui film ketiganya. Ia
juga pernah memenangkan Best New Director Award di Golden Horse Awards 2010
melalui film panjang debutnya.
Naskah Esok Tanpa Ibu ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa
Sjarief, serta diproduseri oleh Shanty Harmayn, Dian Sastrowardoyo, Tanya Yuson,
Aoura Lovenson, dan Winnie Lau. Film ini sekaligus menjadi kolaborasi
internasional antar negara yang akan membawa universalitas tentang kisah keluarga
dan kerapuhan remaja di tengah perkembangan dunia yang tengah terjadi.

“Busan International Film Festival menjadi platform yang tepat untuk menayangkan
pertama kalinya film Esok Tanpa Ibu, sekaligus menjadi perayaan sinema Asia. Film
ini turut menjadi kolaborasi sineas di kawasan Asia dengan visi yang mendorong
batas-batas kreatif dan pesan mendalam tentang relasi anak remaja dan orangtua,”
ujar produser film Esok Tanpa Ibu Shanty Harmayn.

Produser Dian Sastrowardoyo, yang turut memerankan karakter Ibu di film ini,
mengungkapkan antusiasmenya. Film ini menjadi proyek yang juga turut diproduksi
oleh rumah produksi yang didirikannya, Beacon Film. Terpilihnya Esok Tanpa Ibu
akan menjadi babak baru dalam perjalanan rumah produksinya, juga perjalanan
awal film ini.

“Saya mengucapkan terima kasih pada Busan International Film Festival yang telah
percaya pada film ini, dan semoga bisa memberikan kesegaran pada lanskap sinema
Asia. 

Selain menjadi perjalanan rumah produksi yang saya dirikan, Beacon Film, di
film ini juga akan menjadi saksi bagi audiens internasional untuk melihat
bakat-bakat yang telah lama mendapat pengakuan maupun bakat baru, termasuk Ali
Fikry, yang menurut saya tampil dengan sangat mengesankan,” ujar Dian
Sastrowardoyo.

Tentang BASE Entertainment
BASE Entertainment adalah studio produksi terkemuka di Asia Tenggara dengan
kantor di Indonesia dan Singapura, didirikan oleh Shanty Harmayn, Aoura Lovenson
Chandra, Tanya Yuson, dan Ben Soebiakto. Spesialis dalam produksi film dan serial
berkualitas tinggi untuk penonton global, studio ini berkolaborasi dengan
talenta-talenta kreatif terbaik untuk menghadirkan cerita dari Asia ke dunia,
termasuk Perempuan Tanah Jahanam (Impetigore) karya Joko Anwar yang tayang
perdana di 2020 Sundance Film Festival dan membawa piala terbanyak di Festival
Film Indonesia di tahun yang sama, Gadis Kretek (Cigarette Girl) serial orisinal
Indonesia Netflix pertama yang masuk ke daftar Top 10 Global Netflix, serial animasi
orisinal Netflix Asia Tenggara pertama Trese, serta Petualangan Sherina 2 (Sherina’s
Adventure 2) yang memecahkan rekor box office di Indonesia. Dengan komitmen
kuat pada inovasi cerita, BASE Entertainment terus mengembangkan
produksi-produksi berkualitas yang menjembatani narasi regional dengan daya tarik
global.

Tentang BEACON FILM
BEACON FILM adalah rumah produksi yang berbasis di Jakarta, didirikan oleh Dian
Sastrowardoyo, salah satu aktris Indonesia yang paling dikenal saat ini. Selain karier
aktingnya yang gemilang, termasuk dalam film ikonik Ada Apa Dengan Cinta?, Dian
juga mulai merambah dunia produksi dengan karya seperti Guru-Guru Gokil, yang
tayang perdana di Netflix. Pada tahun 2023, Dian bergabung dengan Rio Pasaribu
dan Hizkia Nararya untuk mendirikan BEACON FILM, membuka babak baru yang
menjanjikan bagi perfilman Indonesia. Mothernet, proyek perdana mereka, akan
menampilkan bakat dan visi mereka untuk membawa film-film berkualitas
Indonesia ke dunia internasional.

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.