Jakarta - Syamsul Bahri, warga Jl. Bungur Besar Gg.V/3, Senen, Jakarta Pusat adalah korban kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di Jl. Letjen Suprapto Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis, 9/11/2023,
Sebagaimana dituturkan pihak keluarga korban, Mg, korban lakalantas pejalan kaki, Syamsul Bahri yang disenggol bus Transjakarta terjadi saat korban mengawal iring-iringan ambulans Jenazah di Jl. Letjen Suprapto, Cempaka, di depan ITC Cempaka Mas (dekat halte Cempaka Timur), Jakarta Pusat, Kamis 09/11/2023.
"Kecelakaan Lalu Lintas di depan ITC Cempaka Mas, korban yang bernama Syamsul Bahri sedang mengawal rombongan jenazah," kata Mg.
Syamsul Bahri, sambungnya, sampai di depan ITC Cempaka Mas, karena lalu lintas padat berinisiatif turun dari motor yang dibonceng kakaknya, turun mendekati jalur Busway dengan maksud untuk membuka jalan untuk ambulans, masuk selangkah, baru separoh badannya.di jalur busway, Syamsul Bahri langsung disenggol oleh Transjakarta.
Laka tersebut mengakibatkan korban yang dilarikan Ke RS. Islam Cempaka Putih itu, patah tulang lengan kanan atas patah sesuai hasil pemeriksaan dan perawatan RS.Islam, Cempaka.Putih, Jakarta Pusat.
Saat media ini menghubungi pengemudi busway B 7435 TGC penabrsk korban tersebut, Irvan menjelaskan,
"Kronologis mys 17097 dari arah Rawa Buaya menuju Pulogadung di halte Cempaka Timur habis penaikan terus jalan 30 M kurang lebih ada rombongan iring-iringan jenazah di lampu merah yang lg macet, satu di antara mereka turun dari motor untuk mengurai kemacetan dan di saat itu ada satu orang meloncat MCB atau pembatas jalur busway di saat itu saya lewat dan tak bisa menghindari menyenggol orang tersebut," jelasnya via WA, Jakarta, Selasa,14/11/2023.
Masih kata Irvan, jaraknya sangat pendek kalau jauh, saya pasti ngerem.
Kalau saya ngerem mendadak, kemungkinan penumpang saya rontok semua.
"Dan jelasnya sampai saat ini saya belum bisa untuk melanjutkan pekerjaan saya karena juga harus membayar pihak laka, padahal kalau di sini saya adalah sebagai korban," ujar Irvan yang menabrak korban pejalan kaki dan mengaku dirinya sebagai korban.
Saat mengawal iring-iringan smvulans jenazah dari Bungur menuju Jl. Pemuda, Syamsul melalui telepon seluler menceritakan,
"Turun dari motor, saya mau buka jalan, bendera kuning itu saya kibarin, pas saya nyebrang langsung ketabrak sama busway itu," ucap Syamsul yang mengaku tak melihat bus itu yang tiba-tiba menabraknya, Jakarta, Selasa,14/11/2023.
Sementara dari tim laka /operator Mayasari, Givani, menyampaikan kalau ada rekaman CCTV bus yang sudah diserahkan ke penyidik.
"Kalau statemen mungkin tidak ada, tapi kami punya CCTV Bus yang sudah dibuka dan diserahkan ke Penyidik laka lantas," kata Givani, Operator Mayasari Bakti yang juga tim laka dimana dikatakannya, saat pramudi dimintai keterangan didampingi oleh tim laka operator.
"Terkait kasus laka itu sedang dalam proses mediasi," kata Givani.
Kejadian inipun telah terlapor ke Dirlantas Polda Metro Jaya dengan No : LP/A/787/XI/2023/SPKT.DIT LANTAS/POLDA METRO JAYA yang dibuat untuk kepengurusan Asuransi Jasa Raharja dan BPJS KESEHATAN.
Dikatakan Mg, Riki dari tim laka Transjakarta dan Givari operator Mayasari Bakti menjenguk korban, Minggu, 12/11/2023 sekitar jam 13.00 WIB, dan melakukan negosiasi kepada keluargs korban untuk menanda tangani surat kesepakatan cabut laporan lakalantas namun belum tercspai kesepakatan dan pihak keluarga menolak tanda tangan.
"Keluarga korban hanya meminta pengobatan sampai tuntas akan tetapi pihak Operator Transjakarta dan Mayasari Bakti tidak menyanggupi sedangkan Jasa Raharja jelas akan mengcover," ungkap Mg.
Lebih lanjut dibeberkan Mg, saat kejadian, pihak Operator Transjakarta dan Mayasari Bakti tetap tidak mendatangkan pihak Laka Lantas dari Polda dikarenakan takut mobil, STNK dan SIM pengemudi ditahan.
Syamsul yang kegiatannya sehari-hari hanya berdagang kecil-kecilan barang-barang bekas di Pasar Poncol, Senen, Jakarta Pusat, dengan musibah ini jadi kehilangan kesempatan mengais rezeki dalam waktu yang belum bisa diprediksi.
Diapun berharap agar pihak Transjakarta menanggung pengobatan dan perawatan hingga pennya dicopot.
"Buat saya, namanya belum sembuh total, mau saya sampai cabut pen dibiayai (pihak Transjakarta)," tutup Syamsul, kelahiran Jakarta, 1989.